Senin, 09 Mei 2011

UlasanUlasan PESTISIDA DAN PENCEGAHAN KERACUNAN

Serangga dan binatang lainnya banyak yang memberikan keuntungan dalam kehidupan manusia, namun disamping itu ada pula yang merugikan kehidupan manusia, kerugian yang ditimbulkan antara lain :

Dapat menularkan peyakit ( Malaria, Diare, Filariasis, Yellow fever, dll. )

Dapat merusak pertanian

Dapat menganggu kenyamanan dll.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu diperhatikan cara penanggulangan yang tepat dan tidak mencemari lingkungan.

II Pengendalian

Pengendalian serangga dan binatang penular penyakit adalah upaya pemberantasan dengan melakukan usaha-usaha yang tepat sehingga tidak menjadi masalah bagi kesehatan/kehidupan manusia. Ada beberapa cara penanggulangan/ pemberantasan serangga dan binatang penular ( hama ) penyakit yaitu :

Cara Biologi yaitu pengendalian hama dengan menggunakan binatang predator, misalnya untuk memberantas jentik nyamuk Aedes Aegipty dan Anopheles sp. Menggunakan ikan cupang, ikan kepala timah dsb.

Pengelolaan Lingkungan (environmental Management) adalah dengan merobah lingkungan , misalnya dengan penimbunan genangan-genangan air, pengeringan, manipulasi lingkungan dengan memberikan kadar air yang berbeda terhadap perindukan nyamuk anopheles, sehingga menjadi perindukan ang tidak sesuai dengan habitat alaminya, dsb.

Mekanis yaitu dengan cara memukul, perangkap dsb

Cara Kimiawi (Chemical Control) yaitu menggunakan bahan-bahan kimia yang disemprotkan, difumigasikan, atau menjadi umpan beracun.

Dari beberapa cara pengendalia diatas hal yang akan di uraikan pada kesempatan kali ini adalah pengendalian hama (serangga dan binatang penular Penyakit) dengan mengunakan cara kimiawi (Pestisida) dan cara pencegahan keracunannya.

Pengertian Pestisida

Sesuai dengan PP No 7 tahun 1973 yang dimaksud dengan Pestisida adalah Semua zak kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian

Memberantas hama air

Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad renik dalam rumah , bangunan dan alat-alat pengangkutan.

Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan menggunakan pada tanah, air dan tanaman.

Klasifikasi Pestisida

Menurut jenisnya pestisida dapat dibedakan, antara lain yaitu :

Akarisida untuk mengendalikan tungau

Bakterisida untuk mengendalikan bakteri

Fungisida untuk mengendalikan cendawan

Herbisida untuk mengendalikan gulma/tumbuhan pengganggu

Insektisida untuk mengendalikan serangga

Moluskisida untuk mengendalikan

Nematisida untuk mengendalikan Cacing

Pisisida untuk mengendalikan ikan pengganggu/ yang tidak dikehendaki.

Rodentisida untuk mengendalikan tikus

Repelen untuk mengusir serangga

Atraktan untuk menarik serangga

Formulasi pestisida

Bentuk formulasi pestisida adalah wujud fisik yang sesuai dengan wujud dari suatu formulasi dan mempunyai sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan penggunaanya, adapun beberapa bentuk formulasi sbb :

WP (Wettebel Powder) tepung yang dapat disuspensikan

SP (Solubel Powder), tepung yang dapat larut dalam air

D (Dust) Debu

G (Granular) Butiran

AS (Aqueous Solution) Larutan dalam Air

EC (Emulsifiable Consentrate) Pekatan yang dapat diemulsikan

WSC (Water Souble Consentrate) pekatan yang dapat larut dalam air

OC (Oil Concentrate) Larutan dalam Minyak

SC (Suspencion Concentrate) Pekatan Konsentrate

S (Suspention) Suspensi

E (Emulsion) Emulsi.

KT (kertas tissue) dsb.

Insektisida pada pengendalian lalat

Prinsip pengendalian lalat adalah usaha sanitasi, membatasi tempat perindukan, dan melindungai makanan dari keterjangkauan lalat, adapun dengan pestisida yaitu :

Pemberantasa tingkat larva

Saat ini yang paling banyak digunakan adalah pestisida golongan Organofosfat, sintetik peritroid, golongan IGR. Untuk anti larva digunakan diazinon dengan dosis 0,3-1,0 gr/m2 .

Pemberantasan tingkat dewasa

Tekhnik yang digunakan adalah dengan cara residual sprey dan insektisida berbentuk WP (wetebel Powder) Karena mempunyai masa residu yang lebih lama di bandingkan dengan bentuk EC (emulsifier concentrate). Namun sebelumnya perlu dilakukan survey evektifitas pestisida terhadap lalat dosisi yang pas dan tidak mencemari lingkungan. Selain itu dengan menggunakan cara inpregneted strip yaitu mencelupkan pita pada insektisida, serta dipasang dimana lalat suka beristirahat, atau mengunakan umpan dengan mencampur bahan makanan kesuakaan lalat (gula, susu dsb.) dengan racun (formaldehidyde) sangat efektif membunuh lalat.

Insektisida pada pengendalian Kecoa

Pemberantasan kecoa dapat dilakukan dengan cara memanaskan ruangan sampai 49 derajat celcius atau mendinginkan sampai 0 derajat celcius slama 60 menit. Sementara jika menggunakan bahan kimia yaitu menggunakan cara residual sprey

1. cara menyeluruh ke permukaan ruangan yang di anggap banyak kecoanya

2. Spot penyemprotan dilakukan pada tempat-tempat tertentu. Adapun jenis bahan racunnya yaitu : Bendiocarb, chlorfirifos, diazinon, dichlorfos, propoxur, dll.

Insektisida pada pengendalian nyamuk

Dari kebiasaan nyamuk mencari makan dapat ditentukan jenis penyemprotan yang tepat sehingga memperoleh hasil yang optimal, adapun cara penyemprotannya antara lain :

Untuk nyamuk yang hinggap di permukaan dinding sebelum dan sesudah menghisap darah, residual spreying merupakan tindakan yang tepat. Semua permukaan dinding bagian dalam rumah/bangunan harus disemprot dengan insektisida dengan dosis tertentu misalnya dengan golongan sintetik peritroid, golongan OP atau golongan karbamat. Siklus penyemprotan dipertimbangkan dengan musim kepadatan nyamuk dan lama residu dari insektisida yang digunakan.

Impregneted bed net

Pemberantasan nyamuk dewasa bisa juga dengan cara mengoleskan/merendam kelambu dengan insektisida golongan sintetik piretroid, misalnya dengan insektisida permetrin dosis 0,5 gr/m2.

Penyemprotan ruang (space spraying)

Penyemprotan ruang (space spraying) dilakukan terhadap nyamuk anopheles yang mempunyai kebiasaan menghisap darah/istirahat di luar rumah. Penyemprotan ruang dapat dilakukan dengan cold fog atau thermal fog. Juga dalam pemberantasan nyamuk Aedes sp. Penyemprotan ruang merupakan tindakan yang biasanya dilakukan, karena kebiasaan nyamuk yang kurang suka hinggap/istirahat pada permukaan dinding. Adapun insektisida yang di gunakan yaitu chlorfirifos, fenthion, propoxur, naled, fenthion, malathion, Dichlorfos dll.

Untuk Pemberantasan Larva nyamuk dapat di gunakan jenis larvasida methoda kontak yaitu dengan bahan kimia themofos, Bacilus thuringiensis, H-14 dll.

Insektisida pada pengendalian Tikus

Tikus disamping dapat membawa penyakit juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar terhadap kehidupan manusia, sebagai penular penyakit tikus melalui pinjal (Xynopsila cheopis) yang akan menularkan penyakit pes, juga penyakit murine thypus yang disebabkan oleh riketsia, penyakit lain adalah rat bit fever, salmonilosis dll. Adapun penanganan tikus dengan menggunakan bahan kimia dapat dilakukan dengan :

Umpan (bait)

Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan umpan yaitu:

Biasanya yang digunakan sudah dalam bentuk siap pakai

Tidak mencakup semua permukaan daerah sasaran

Bila menggunakan rodentisida anti koagulan tidak menimbulkan bait shyness.

Traking powder

Adalah racun tikus dalam bentuk butiran halus yang ditempatkan pada jalan-jalan tikus antara lobang dengan tempat makanan, rodentisida tersebut akan menempel pada kaki, bulu-bulu dan menelan pada saat tikus menelan pada waktu melakukan aktifitasnya ( mengerat ). Jenis racun anti koagulan yaitu Pival, zing fosfat, Warfarin dll.

Fumigasi

Adalah kegiatan menebarkan bahan pestisida bentuk gas secara cepat ke seluruh tempat sasaran yang tertutup, fumigasi dapat membunuh semua hama yang ada dalam ruangan yang di fumigasi. Bahan yang digunakan untuk fumigasi adalah : HCN, Methil bromide, Sulfur dll.

III. Keamanan / penanggulangan keracunan

Ketika bekerja dengan pestisida, hal yang paling penting adalah pertimbangan keamanan, meliputi keamanan terhadap penggunaan, orang lain dan binatang piaraan maupun juga lingkungan secara umum. Toksisitas dan daya racun Pestisida adalah racun yang membahayakan, secara umum toksisitas dapat diukur dengan menggunakan LD50 (letal dose 50) yaitu bahan kimia yang dapat mematikan 50% hewan uji (biasanya tikus) semakin kecil nilai LD50 maka bahan kimia tersebut semakin beracun Jalan pestisida masuk ke dalam tubuh dapat melalui :

Keracunan melalui kulit (dermal)

Keracunan melalui kulit ini dapat melalui percikan atau rembesan ke dalam kulit saat pencampuran atau saat menggunakan baju yang sudah terkontaminasi oleh racun. Bahaya keracunan seperti ini dapat dikurangi dengan cara :

Penanganan pesticida secara hati-hati untuk menghindari rembesan atau tumpahan.

Gunakan pakaian pelindung yang memadai

cuci secara langsung jika terjadi kontaminasi

Hindari pemaparan saat menyemprot

Ganti dan cuci semua pakaian pelindung ketika selesai melakukan penyemprotan.

Keracunan melalui Oral

Walaupun jarang terjadi Namun akibat yang ditimbulkan akan lebih parah, hal ini bisa terjadi makanan yang tidak sengaja terkontaminasi dengan racun, hal ini dapat dihindari dengan cara :

jangan menyimpan pestisida dekat dengan makanan dan minuman

jangan mengangkut pestisida dicampur dengan bahan makannan

apabila terjadi keracunan maka upayakan dimuntahkan, atau segera bawa ke rumah sakit.

Keracunan secara inhalasi

Bahan kimia yang mudah menguap biasanya penyabab utama dari keracunan yang di sebabkan melalui inhalasi ( pernafasan ), sebagai tambahan perhatikan ventilasi pada saat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengn pestisida, keracunan melalui inhalasi dapat dihindari dengan tindakan pencegahan sebagai berikut :

Meminimumkan drift ( percikan pestisida ), gunakan tekanan spray yang tepat

Gunakan alat pelindung diri ( Masker dll )

Saat bekerja perhatikan dan pastikan ventilasi baik

apabila terjadi terhirup segera hindari sumber pencemar dan segera berobat ke rumah sakit atau balai pengobatan terdekat.

Gejala –gejala umum keracunan

Gejala keracunan dapat timbul secara sendiri atau gabungan, adalah sebagai berikut :

Umum – Lemah atau kelelahan

Kulit – iritasi, terbakar, berkeringat.

Mata - iritasi, mata merah, penglihatan Kabur, mata berair, pupil melebar atau menyempit.

Sistem pencernaan – mulut atau kerongkongan terbakar, keluar air ludah, muntah, sakit atau kram perut, diare.

Sistem pernafasan - sulit bernafas, batuk-batuk, sakit dada dll.

0 komentar:

Posting Komentar